Tiga Alasan Kenapa Millennial Leaders Harus Baca Buku

Banyak penulis artikel sudah berbicara banyak tentang generasi millenials. Tidak semuanya bernada positif terutama yang berhubungan dengan lapangan pekerjaan. Sebuah artikel dari Gallup misalnya, mensurvey sikap generasi millennial terhadap pekerjaan. Hasilnya 60% dari generasi millennial mau untuk pindah kerja jika ada pekerjaan lain yang lebih menarik. Hanya 29% yang serius di pekerjaannya. Serius di sini artinya dia secara sadar mengerti tujuan perusahaan dan bekerja karena tujuan itu. Sedangkan, 15% lainnya menjadi benalu bagi perusahaanya sendiri.

Melihat fakta di atas, tidak heran generasi millennial sekarang mulai mendirikan bisnis mereka sendiri. Presentasenya lebih besar dan lebih dini daripada generasi-generasi sebelumnya. Walaupun begitu, mereka mampu memanage pegawai dalam jumlah yang besar. Berdasarkan hasil survey dari BNP Paribas “Millennipreneurs [are] going faster: Under 35s are creating more companies, with higher headcount and greater profit ambitions. They show strong interest in the new economy, but not exclusively!.”

Masalahnya adalah banyak dari leader muda di perusahaan multinasional yang masuk melalui program Management Trainee yang jungkir balik (kesulitan) membangun komunikasi dengan tim mereka terutama dengan pegawai yang lebih tua. Mereka baru lulus kuliah atau bekerja minimal 1 tahun, tetapi sudah berada di level 1 management. Di usia yang muda dan pengalaman yang belum matang, mereka harus membuat standar operasional prosedur yang effisien agar bisa mengarahkan perusahaan ke arah yang tepat (growth in sales!).

Bagaimana caranya? Sebuah pembuka kalimat dari artikel di Guardian mungkin bisa memberi kita sedikit petunjuk;

“Literature may not have the answers to the challenges of sustainability or economic crises but it can bring a fresh perspective, especially when it comes to people matters.”

Generasi millenial sangat kurang termotivasi dalam hal mengejar target penjualan padahal profit selalu menjadi fokus dari perusahaan-perusahaan sekarang. Bagi generasi millennial, pencapaian itu harus menjadi value dan memiliki impact yang besar bagi perusahaan.

Membaca buku baik berbentuk filosofi, buku sejarah, dan karya sastra (terutama yang berhubungan dengan social science) akan menolong leader muda untuk mendefinisikan diri mereka sendiri dan perusahaannya (di tempat bekerja atau perusahaan sendiri). Dengan begitu, mereka bisa membangun sebuah visi dan misi yang baru (fresh) untuk memberikan dampak positif yang berkelanjutan kepada perusahaan.

Bila kamu adalah generasi millennial dan leader masa depan atau punya sedang bergerak menuju ke sana. Ada beberapa hal yang bisa kamu perhatikan;

  1. Mencari Makna Hidup dan Pekerjaan Kamu

Uang memang bisa menyediakan keamanan. Kamu bisa membeli barang mahal dengan uang atau mendapatkan pengalaman baru dengan jalan-jalan ke tempat-tempat keren dalam dan luar negeri. Uang sangat sering digunakan sebagai parameter “sukses” seseorang. Tidak heran bila kita bertemu keluarga saat lebaran pekerjaan menjadi hal yang sering ditanyakan dan menjadi tolak ukur. Bila kamu sudah punya pekerjaan, nama perusahaan dan gaji menjadi tolak ukur selanjutnya. Namun, akhirnya kita semua akan meninggal dan bila kita hanya mengumpulkan uang selama di dunia, buat apa hidup ini semua?

“Gue melihat orang yang bekerja kantoran tapi nggak sesuai dengan minat mereka itu seperti seekor ubur-ubur lembur. Lemah, lunglai, hanya hidup mengikuti arus.”  ―  Raditya Dika,  Ubur-ubur Lembur

Coba bayangkan bila uang tidak punya nilai jual beli. Kamu ngak bisa memakan uang saat lapar. Bentuknya ngak sebagus mainan figure. Uang tidak bisa melindungi kita dari serangan peluru. Daya tahannya pun sangat kurang; mudah terbakar, basah, dan lecek. Bila tujuanmu adalah hanya menjadi kaya, nantinya kamu akan menyadari bahwa usahamu sia-sia, tenggelam dalam keputusaan, mirip seperti tragedy di film titanic. Jangan sampai kamu baru sadar setelah tua nanti.

(Baca JugaLeader: Bukan Tentang Saya)

Kita bisa belajar tidak menyianyiakan hidup dengan cara melihat leader teladan di perusahaan kita atau baca cerita tokoh leader yang inspiratif–bagaimana mereka membuat dunia ini menjadi lebih baik, cara mereka berkontribusi kepada masyarakat, berani mengambil langkah perubahan, dll- agar kita sebagai leader masa depan bisa fokus mencari hal yang lebih hebat selain uang di dalam hidup dan pekerjaan kita.

2. Meningkatkan Kemampuan Problem-Solving dan Decision-Making

Seorang Psikologis, Daniel Kahneman menerbitkan sebuah buku berjudul Thinking, Fast, and Slow yang isinya lebih condong kepada filosofi daripada psikologis. Di dalamnya Daniel berhasil mengupas bagaimana manusia membuat keputusan dan menyelesaikan masalah terutama ketika berurusan dengan bidang bisnis dan peraturan pemerintah. Dengan mengerti tentang bagaimana sistem manusia bekerja dalam menyelesaikan masalah, leader muda bisa lebih baik dalam memimpin timnya. Dengan begitu, kita bisa memberikan efek yang nyata dan luas kepada semua tim. Buku ini berhasil membuat Daniel memenangkan Nobel Prize dalam bidang economic science di tahun 2002.

(Baca Juga: How to Motivate Your Employee Without Being A Bos).

3. Membentuk Visi yang Jelas dan Membawa Generasi yang Lain Ikut Serta

Kita sebagai leader hari ini perlu menggali lebih dalam ke dasar motivasi perusahaan kita. Di sana kita harus menemukan visi perusahaan yang mampu menarik dan merangkul generasi millennial lainnya. Kita harus mampu membuat generasi millennial lainnya sebagai bagian dari visi kita, membuat mereka tertarik tentang prospek kerja di masa depan, membawa perubahan yang baik, dan berkontribusi terhadap tujuan yang lebih besar (greater than outselves).

“Sometimes, there is a lot of darkness in this world. As I see it, you have two choices. You can be a part of that darkness or you can be the light. Be the light.” ―  Tom Giaquinto

Membaca buku bertopik humanity dapat membuka mata kita semua dan membuat kita berpikir tentang visi yang lebih besar yang bisa kita raih di dunia. Mengidentifikasi visi itu, merangkainya ke dalam berbagai kerangka action plan, dan mengkolaborasikan semua plan itu di lingkungan kerja akan membuat lingkungan kerja yang menyenangkan, terarah, dan bermakna bagi seluruh pegawai.

(Baca JugaCerita: Bagaimana Saya Bisa Bekerja Di Sini).

Kesimpulannya, seorang leader muda tidak harus berpikir melulu tentang filosofi hidup. Sebuah bisnis tetaplah sebuah bisnis. Ada aktivitas awal-akhir yang harus dipenuhi; bikin plan, promo marketing, monitoring operation, dll – hal dasar yang harus terpenuhi setiap harinya.

Walaupun begitu, semua aktivitas bisnis di atas harus dilengkapi dengan visi yang lebih besar – visi hebat menarik yang kita lihat sebagai tujuan akhir perusahaan kita. Dan semua pegawai sadar dan ingin menjadi bagian dalam visi besar itu. Semua penting dan semua memiliki perannya masing-masing. Bila kamu bisa meraih ini semua, dimanapun kamu bekerja, kamu adalah leader yang keren!

(Sebelum masa Covid-19)

” Leadership is the capacity to translate vision into reality. —Warren Bennis”

Leave a comment